TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG
SKRIPSI
Oleh
UBAIDILLAH
NPM : 081016154211166
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2012
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS
KULIT BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG
SKRIPSI
Oleh
UBAIDILLAH
NPM : 081016154211166
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2012
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
Kami
dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :
UBAIDILLAH
Judul :
Pengaruh Pemberian Kompos
Kulit Buah Kakao Terhadap
Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.) Di Polybag
Diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana.
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen
Pembimbing II
Ir. H. Syaiful
Azhar, ME. Subagiono,
SP
NIDN. 1015066402 NIDN.
1015047001
TIM PENGUJI NAMA TANDA TANGAN
Ketua …………………………….. …………………………..
Sekretaris …………………………….. …………………………..
Angota …………………………….. …………………………..
Angota …………………………….. …………………………..
Angota …………………………….. …………………………..
Mengetahui :
Dekan
Pembantu Dekan I
Dr. Ir. Supriyono, MP Subagiono, SP
NIDN. 1030066702
NIDN. 1015047001
Tanggal Lulus : 2012
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Dialah yang hidup
kekal
Tiada tuhan selain Dia
Maka sembahlah Dia
dengan mengiklaskan
Ibadah kepada-Nya…
( Qs. Al Mukmin 40 :
Ayat 65 )
Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan didunia
Tetapi ’amal - ’amal
saleh yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya
Di sisi Tuhanmu serta
sebaik-baiknya harapan…
( Qs. Alkahfi : 46 )
Sesunguhnya manusia
diciptakan dengan sifat keluuh kesah apabila ditimpa kesusahan dia mengeluh
Dan apabila dia
mendapat kebaikan ( Harta ) dia kikir
Kecuali orang-orang
yang mengerjakan shalat
Yaitu mereka tetap
mengerjakan shalatnya…
( Qs. Al Ma’aarij 70 :
Ayat 19 – 23 )
Hari ini…
Ucapan
syukur akan kebesaran ALLAH SWT
Yang telah
memberikanku kesempatan untuk menjalani dan merasakan semua ini
Sejenak harapan telah
kugenggam
Segelintir kebahagiaan
telah kuraih
Telah kuwujudkan cita-cita dan harapan
keluargaku
Kupersembahkan karya kecilku kepada kedua orang
tuaku
Ayahanda BURLIAN. S dan Ibunda RUPI’AH Beliau guru pertama yang
mengajarku untuk mencintai ilmu pengetahuan......
Sujud ta’zim-ku kan slalu tertuju pada beliau…
Kupersembahkan juga buat keluarga besarku di desa
BABEKO
adik dan kakak Terima kasih atas Tunjuk ajar,
Tegur sapa dan
Istri ku tercinta yang telah menyemangatkan ku
untuk terus semangat serta
Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muara
Bungo
Terima kasih telah memberikan ilmu setulus hati
Uraian kuliah yang beliau berikan telah membuka
cakrawala
Serta semua kawan-kawan di Universitas Muara Bungo
khususnya angkatan 2007
Jadikan kisah sejati ini sebagai sejarah dalam
hidup kita untuk dimasa depan
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS
KULIT BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG
Ubaidillah, dibawah
bimbingan
Ir. H. Syaiful Azhar, ME dan
Subagiono, SP
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Muara Bungo
Tahun 2012
ABSTRAK
Penelitian
ini dilakukan di kebun percontohan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo
Km 06 arah Padang Kabupaten Bungo di mulai pada tanggal 07 Mei 2012 sampai 07
Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Pemberian Dosis Kompos Kulit Buah Kakao serta untuk mengetahui dosis yang
terpat untuk Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Terung (Solanum melongena L.) di Polybag.
Rancangan yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL), dengan 5 perlakuan
dan 4 ulangan, ada pun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: K0 (tanpa
perakuan), K1 (375 g/polybag),
K2 (750 g/polybag), K3 (1.125
g/polybag) dan K4 (1.500 g/polybag), Data diperoleh dari hasil pengamatan
akhir dilakukan statistik dengan mengunakan sidik ragam. Apabila terdapat
pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Ducan’s
New Multiple Range Test DNMRT pada taraf 5%.
Peubah yang diamati
adalah: tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas Daun (cm2)
umur mulai berbunga (hst), jumlah buah pertanaman (buah), hasil buah pertanaman
(gram).
Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa pemberian dosis kompos kulit buah kakao berpengaruh terhadap, Tinggi
tanaman, Diameter batang dan Umur mulai
berbunga tetapi tidak berbeda nyata terhadap Luas daun total, Jumlah buah dan
hasil buah pertanaman. Pemberian dosis kompos kulit buah kakao pada perlakuan
K4 terbaik terhadap tinggi tanaman, K1 terbaik terhadap umur mulai berbunga dan
perlakuan K2 terbaik terhadap diameter batang.
Kata Kunci : Kompos Kulit Buah Kakao, Terung,
Pertumbuhan dan Hasil.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman terung (Solanum melongena L.) berasal dari Indonesia dan
India, pertama kali dibudidayakan oleh Asia, terutama suku India dan Birma pada
tahun700 sm. Kapan tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusia belum ditemukan
data pastinya. Beberapa petunjuk menyatakan bahwa tanaman terung banyak tumbuh
di Cina.Dari daerah ini kemudian dibawa ke Spanyol dan disebarluaskan
kenegara-negara lain di Eropa, Afrika, Amerika selatan, Malaysia dan Indonesia.
Dikedua kawasan ini terdapat aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau
tumbuh secara liar. Pusat keanekaragamannya yang kedua adalah Cina. Pada
perkembangannya dibanyak Negara minsalnya daerah Karibia, Malaysia, Afrika
Tenggara, Afrika Timur, Afrika Barat, Amerika Selatan, dan daerah tropika pada
umumnya ( Siregar, 1992 ).
Terung merupakan jenis tanaman sayur-sayuran berbentuk buah yang mempunyai
rasa enak untuk dikonsumsi, baik berupa buah segar maupun dalam bentuk lalap
(sayuran segar) atau disayur rebus, gulai, sambal dan lain sebagainya. Tanaman
terung banyak digemari karena selain rasanya enak dan harganya relatif murah,
kandungan gizinya pun cukup lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin
A, vitamin B, vitamin C, Posfor, dan zat besi. Terung mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi dan telah mampu menerobos pasaran ekspor. (Soetasad dan Sri
Muryanti,1999).
Manfaat dan
Kegunaan Terung. Anti kejang,
anti kanker, dan pendepak gagguan pembuluh darah, Manfaat lain buah terung
yang matang bisa untuk sirop, sup, adonan pengisi (perut ayam, dan sebagainya)
dan untuk rujak. Buah yang dibelah dapat digunakan sebagai bumbu, serta dibakar
atau dipanggang untuk digunakan sebagai sayuran. Buah yang matang di pohon yang
dipelihara pada lingkungan yang cocok saja yang rasa dan aromanya enak. Buah
yang dimatangkan sebaik-baiknya juga penting agar dihasilkan sirup, jell,
selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. Bijinya
yang keras itu dapat dibuang setelah digodok. Air kapur dan gula dapat ditambahkan
agar rasanya lebih enak (Spilane, 1995).
Rata-rata produksi terung di Kabupaten Bungo pada tahun 2009 adalah sebesar
5,83 ton/ha (Dinas TPH Kabupaten Bungo, 2010). Untuk Provinsi Jambi menurut BPS
Jambi (2008) adalah sebesar 7,46 ton/ha. Sedangkan rata-rata produksi terung
unggul yang dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 50 – 60 ton/ha
(Soetasad dan Sri Muryanti 1999).
Rendahnya produksi tersebut disebabkan belum
mengunakan varietas unggul, teknik
budidaya yang belum sempurna, masalah tanah masam dan pengendalian hama penyakit. Salah satu tehnik budidaya yang
perlu mendapat perhatian adalah masalah pemupukan. Pemupukan dapat mengunakan
bahan an organik dan organik. Pemupukan yang berasal dari bahan an organik
dapat menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan. Pupuk organik merupakan salah
satu upaya untuk menambah unsur hara tanah yang sedang digalakkan pada saat ini
karena pupuk organik harganya murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Salah
satu pupuk organik yang dapat digunakan
yaitu dengan megunakan kompos kulit buah kakao. (Wood, 1973 dalam Irwandi, 2000).
Sutanto dan Utami (1995) mengemukakan
bahwa secara garis besar Pupuk Kompos Kulit Buah Kakao atau pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup. Pupuk organik yang
sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.
Keuntungan yang diperoleh dengan
memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis
tanah. Kompos adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses
dekomposisi secara alami. Proses pengomposan memerlukan waktu yang panjang
tergantung pada jenis biomassanya. Percepatan waktu pengomposan dapat ditempuh
melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposisi.
Berdasarkan hasil penelitian Sutanto
dan Utami (1995) salah satu limbah pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan
adalah limbah dari perkebunan kakao yaitu kulit buah kakao. Mengemukakan bahwa
limbah kulit buah kakao berpengaruh terhadap diameter batang, pertumbuhan dan hasil tanaman terung.
Berdasarkan uraian diatas, penulis
mencoba melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Kompos Kulit
Buah Kakao Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung ( Solanum melongena L. ) Di Polybag”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh kompos
kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung(Solanum
melongena L) ?
2. Berapakah dosis optimum
kompos kulit buah kakao yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman Terung(Solanum melongena L) ?
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman Terung (Solanum melongena L). Sedangkan kegunaan penelitian ini
agar dapat memberikan informasi yang berguna dalam usaha pengembangan budidaya
tanaman terung khususnya pada fase pertumbuhan dan hasil tanaman terung.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikemukakan
suatu hipotesis bahwa Pengunaan kompos kulit buah kakao dapat memberikan
pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman terung lebih baik.
Dosis yang memberikan pengaruh
terhadap pertumbuahan dan hasil tanaman terung adalah 1.500 g / polybag dengan hasil yang terbaik
terhadap tinggi tanaman terung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Botani Tanaman Terung
Menurut Prahasta (2009) Klasifikasi tanaman terung
(Solanum melongena L). sebagai berikut.: Divisio Magnoliophyta, Kelas
Magnoliopsida, Ordo Solanales, Family
Solanaceae, Genus Solanum, dan Spesies Solanum melongena L.
Tanaman terung (Solanum melongena L) adalah
tanaman setahun berjenis perdu, pohon dengan percabangan rendah dan tingginya
dapat mencapai 1 m dpt. Batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam,
yaitu batang utama (primer) dan percabangan (sekunder). Dalam perkembangan
batangnya batang sekunder ini akan mempunyai percabangan baru. Batang utama
merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian
tanaman yang akan mengeluarkan bunga (Soetasad dan Sri Muryanti, 1999).
Tanaman terung mempunyai akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar
serabut bisa mencapai diameter 30 cm kearah samping dan akar tunggang
berdiameter 35 cm ke arah bawah. Tanaman terung yang diperbanyak dengan cara
generatif pada awal pertumbuahnnya sudah mempunyai akar tunggang yang berukuran
pendek dan disertai dengan akar serabut yang mengelilingi akar tunggang, banyak
perkembangan akar dipengaruhi oleh faktor struktur tanah, air tanah dan
drainase didalam tanah, pada akar tunggang akan tumbuh akar-akar serabut dan
akar cabang (Siregar, 1992).
Bentuk daun terung terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai.
Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian
pangkal, panjangnya berkisar antara 5 – 8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu
tulang daun, tulang cabang, dan urat-urat daun. Ibu tulang daun merupakan
perpanjangan dari tangkai daun yang makin mengecil kearah pucuk daun. Lebar
helaian daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 -
20 cm. Bagun daun berupa belah ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul,
pangkal daun meruncing, dan sisi bertoreh (Soetasad dan Sri Muryati, 1999).
Bunga terung merupakan bunga banci atau lebih
dikenal dengan bunga berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin
jantan dan betina (benang sari dan Putik), bunga seperti ini sering dinamakan
bunga lengkap, perhiasan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota
bunga, dan tangkai bunga. Pada saat bunga mekar diameter bunga rata-rata 2,5 –
3 cm. Letaknya mengantung. Mahkota bunga berjumlah 5 – 8 buah dan akan
digugurkan sewaktu buah berkembang. Mahkota ini tersusun rapi yang membentuk bangun
bintang. Benang sari berjumlah 5 – 6 buah. Putik berjumlah 2 buah yang terletak
dalam satu lingkaran bunga yang letaknya menonjol di dasar bunga (Soetasad dan
Sri Muryanti,1999).
Menurut
Soetasad dan Sri Muryanti (1999) buah terung berbentuk bulat panjang dengan
kulit yang berdaun lebar dan berbentuk
telinga. Bunganya berwarna biru agak kecoklatan dan merupakan bunga yang
sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Buah berbentuk
panjang lonjong dan juga beragam bentuk dan warna.
Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak,
berair dan tidak akan pecah jika buah telah masak. Daging buah ini merupakan
bagian yang enak dimakan, biji terdapat bebas dalam selubung lunak yang
terlindung oleh daging buah. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga yang
telah menjelma menjadi kerangka bunga. Buah mengantung, tangkai buah berkembang
dari tangkai bunga yang letaknya berada diantara tangkai daun. Buah terung
bentuknya beraneka ragam sesuai dengan
varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi : panjang silindris, panjang lonjong,
lonjong (oval), bulat lebar, dan bulat (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
2.2
Syarat Tumbuh
2.2.1 Iklim
Tanaman terung dapat tumbuh dan agar produksi
hasil tanaman memuaskan yaitu meliputi Iklim cuaca tropis memungkinkan petani
memproduksi sayuran sepanjang tahun. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan
dalam pertumbuhan tanaman terung antara lain ketinggian tempat, intensitas
cahaya, serta temperatur dan kelembaban. Tanaman terung dapat ditanam didataran
rendah dan dataran tinggi. Kisaran ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman
terung ini antara 1.000 – 1.200 m (dpl).
Suhu untuk tanaman terung untuk pertumbuhannya yaitu suhu pertumbuhannya Suhu udara 22 - 30 ºC pada siang hari dan 9 -
12 ºC pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapat bertahan pada
suhu 38 ºC. Di Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi
yang bersuhu 16 - 25 ºC. (Soetasad dan
Sri Muryanti,1999).
Pusat penelitian terung dan kakao Indonesia (2004) Curah hujan tahunan yang
diinginkan oleh tanaman terung adalah 1250 mm sampai 2500 mm. Pada curah
dibawah 1250 mm pertahun tanaman terung memerlukan irigasi karena banyak air
yang hilang melalui transpirasi yang jauh lebih besar. Sebaliknya curah hujan
yang besar dari 2500 mm pertahun menyebabkan timbulnya serangan jamur.
Prihmantoro dan Indriani (2000) Intensitas cahaya
banyak ditentukan dalam menentukan kualitas buah terung. Dalam batas yang
normal intensitas cahaya akan memberikan
pengaruh yang baik terutama pada
pembentukan warna buah yang diperlukan tanaman terung yakni 60 %. Terung bagus
ditanam didaerah tropis yakni
dibawah 30˚C (antara 15 – 25˚C) ataupun dataran tinggi yang kelembabannya
rendah dibawah 70 %. Dan Kelembaban udara untuk tanaman terung berkisar 80 %.
Mendapatkan sinar matahari langsung yang cukup.
2.2.2
Tanah
Terung merupakan tanaman yang dapat ditanam
diberbagai jenis tanah lempung agak berliat, lempung berpasir, tanah pasir yang
gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, unsur hara dan mudah menyerap
air. Tanah untuk tanaman terung dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah
lempung berpasir. Derajat keasaman atau pH tanah yang cocok untuk tanaman
terung adalah 5,0 – 6,0, kemiringan
lahan kurang 8 %, Tanah yang
selalu tergenang air menyebabkan
tanaman menjadi kerdil atau mati (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
Untuk pertumbuhan tanaman terutama tanaman terung unsur Nitrogen (N)
sangat dibutuhkan pada pertumbuhan vegetatif, kekurangan unsur N akan
mengakibatkan pertumbuhan kerdil, daunnya menguning dan produksinya menurun
(Nyakpa, dkk 1988).
2.2.3 Pembibitan Tanaman
Tahap awal pembibitan biasanya biji atau benih
terung dikecambahkan pada bedegan perkecambahan yang lebarnya 1 meter dan
panjangnya sesuai dengan jumlah biji yang dikecambahkan. Benih terlebih dahulu
direndam dengan air hangat kuku selama 10 -15 menit. Media tanam berupa tanah
yang sudah dicampurkan dengan pupuk kandang dan dipastikan agar media tercampur
sampai merata lalu disiram dengan air dan dibiarkan sesaat, Tutup benih tersebut
dengan tanah tipis, Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan
daun pisang atau ilalang, Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka
penutupnya, Siram persemaian pagi dan sore hari, Perhatikan serangan hama dan
penyakit sejak di pembibitan, kemudian pindahkan satu persatu ke polybag yang
berukuran 6 x 17 cm yang telah berisi media tanam. Bibit berumur 1 - 1,5 bulan
atau berdaun empat helai siap dipindah tanamkan ke polybag besar yang
berkapasitas (15 x 35), benih diletakkan satu persatu pada setiap polybag
percobaan, (Erwiyono, 1990).
2.2.4 Pemupukan Bibit Terung
Pupuk yang dimaksud disini adalah semua bahan
senyawa yang mengandung unsur hara tanaman, mikro dan makro, padat ataupun
cair, organik ataupun an organik, yang kalau diberikan pada kedalam tanah akan
dapat menyumbang unsur hara dan perbaikan kesuburan tanah. Tindakkan penyampain
pupuk ke dalam tanah ataupun bahagian pertumbuhan tanaman disebut dengan
pemupukan (Pusat Penelitian Terung dan Kakao Indonesia, 2004).
Cepat lambatnya reaksi pupuk didalam tanah
ditentukan oleh sifat pupuk yang digunakan, umumnya pupuk tunggal yang larut
dalam air lebih cepat tersedia bagi tanaman. Begitu juga pupuk majemuk umumnya
merupakan pupuk yang tersedia berlahan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal, pupuk
yang berikatan senyawa sedikit lebih lambat tersedia dibandingkan dengan pupuk
yang berikatan senyawa an organik (Warintek, 2004).
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan
ditentukan oleh kandungan unsur hara
yang ada dalam tanah dan banyaknya unsur
hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, tanah yang kandungan unsur hara tersedia lebih tinggi umumnya kurang
respon terhadap pemupukan dan akan terjadi sebaliknya. Bila pemupukan dilakukan
secara tepat maka unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk ini tidak hanya
mengendalikan atau mendukung satu sama lain akan tetapi juga berkaitan dengan
ekonomi maupun keefektipan pemupukan. Pada umunya tanaman memerlukan pupuk
majemuk yang mengandunng unsur Nitrogen, Posfor, dan Kalium. Masing-masing
unsur hara mempunyai peranan yang khusus
bagi tanaman (Soetasad dan Sri Muryanti, 1999).
2.3 Peranan Pupuk Organik
Pupuk Organik biasanya mengandung bahan-bahan
organik yang bersifat alami tidak mengandung zat kimia yang bisa merusak
lingkungan dan struktur serta tekstur tanah. Pupuk organik mengalami proses
pelapukan atau penguraian secara alami maupun buatan.
Table 1.
Jenis-jenis Pupuk Organik dan Persentase Hara yang Dikandung.
Jenis
Pupuk Organik
|
%
Kandungan Hara
|
||
Nitrogen
|
Posfor
|
Kalium
|
|
Sapi
|
0,8 - 1,2
|
0,44 – 0,88
|
0,4 – 0,8
|
Domba/Kambing
|
2,0 -3,0
|
0,88
|
2,1
|
Ayam
|
1,5 – 3,0
|
1,15 – 2,25
|
1,0 – 1,4
|
Kulit Buah Kakao
|
1,30
|
0,186
|
5,5
|
Sumber
: Darmono dan Tripanji,
1999.
Pupuk organik banyak macamnya diantaranya adalah
kotoran hewan ternak, namun demikian kotoran ayam mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan kotoran hewan lainnya, terlihat pada tabel 1 diatas.
Kompos Kulit Buah Kakao mengandung unsur
hara yang diserap oleh tanaman terung,
sehingga diharapkan dapat menyediakan unsur yang dibutuhkan oleh bibit terung. Media
tanaman yang biasa digunakan dalam pembibitan terung adalah campuran antara
tanah dan pupuk kompos kulit buah kakao. Perbandingan campuran tanah dengan
pupuk organik kompos kulit buah kakao sangat berbeda, beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perbandingan dan campuran medium tumbuh
antara satu tempat dengan tempat yang lainnya,
Lapisan atas dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1. (Zulfan (1988), dan Erwiyono (1990)).
Tabel 2.
Analisis Kimia Kompos Kulit Buah Kakao
Komponen
Kimia
|
BO%
|
H2O %
|
KCL%
|
C.Organik %
|
N.Total%
|
P2O5%
|
K2O%
|
CaO%
|
MgO%
|
S
%
|
N %
|
|
|
Kandungan
|
42,3
|
9,4
|
1
|
33,71
|
1,30
|
0,186
|
5,5
|
0,85
|
0,57
|
0,79
|
8,7
|
Sumber : Dianalisis di Laboratorium dan
Penelitian UPP SDA Hayati Unpad, (2000).
Kultivar tanaman yang unggul dibutuhkan untuk
memproduksi hasil terung yang baik. Benih Hybrid F1memiliki sifat-sifat yang
unggul diantaranya yaitu : Produksi tinggi, Tahan terhadap Hama dan Penyakit,
Prospek agronomis mudah, Pertumbuhan Generatif yang baik dan Periode tanaman untuk
menghasilkan Cepat (Spillane, 1995).
III. METODA PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Percontohan Fakultas Pertanian Universitas Muara
Bungo (UMB) Sungai Binjai Km. 06 Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo, dengan
ketinggian tempat 80 - 100 M dpl. pH 5,5 Penelitian di dilaksanakan selama ± 5
bulan, yaitu dari tanggal 07 April sampai dengan 07 Agustus 2012.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini meliputi Benih terung varietas Hybrid F1 (Terung Bimbi). Kompos
Kulit Buah Kakao, Pupuk Kandang, dan Pestisida Nabati (Pseudomonas florecens).
Sedangkan Alat yang digunakan adalah Cangkul,
Parang, Palu, Kayu, Seng, Tali rapia, Paku, Gergaji, Ember plastic, Hand
sprayer, Meteran, Timbangan, Kertas label, Polybag ukuran (6 x 17) dan
ukuran (15 x 35) serta Alat tulis.
3.3. Rancangan Penelitian
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 Perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan
pemberian takaran kompos kulit buah kakao adalah sebagai berikut :
K0 = Kompos Kulit Buah Kakao 0 g / polybag.
K1 = Kompos Kulit Buah Kakao 375 g / polybag.
K2 = Kompos Kulit Buah Kakao 750 g / polybag.
K3 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.125 g / polybag.
K4 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.500 g / polybag.
Penelitian ini terdiri 5 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali
sehingga didapat 20 unit percobaan. Jumlah tiap unit 3 tanaman sehingga jumlah
tanaman seluruhnya adalah 20 x 3 = 60 tanaman. Untuk setiap unit percobaan
diambil 2 tanaman sampel sehingga diperoleh 2 x 20 = 40 tanaman sampel. Penempatan
unit percobaan dilakukan secara acak seperti terlihat pada lampiran 1. Data
hasil pengamatan priodik ditampilkan dalam bentuk grafik, sedangkan data pengamatan
terakhir di analisa dengan uji DNMRT F, jika F hitung > dari pada F tabel
pada taraf 5 %, dilanjutkan uji DNMRT pada taraf 5 %.
Karakteristik pertumbuhan tanaman meliputi Tinggi
Tanaman, Diameter Batang, Luas Daun Total, Umur Mulai Berbunga, Jumlah Buah
Pertanaman, Hasil Buah Pertanaman.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dipilih yang datar dan tidak
terlalu jauh dari naungan, kemudian
dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulma, sampah dan kotoran-kotoran
lain. Setelah tanah nya dipadatkan, begitu juga disekitar 1,5 meter sekeliling
tempat penelitian, Tanahnya diratakan agar posisi polybag tegak dengan baik dan
bagus, Sekeliling tempat penelitian dibuat parit-parit drainase sedalam 10 cm,
Lebar 50 cm, gunanya untuk mencegah masuknya air ke areal percobaan jika turun
hujan. Kemudian polybag yang telah diisi media tanah disusun sesuai dengan
denah penelitian pada Lampiran 1. Dengan jarak antar polybag 60 x 60 cm.
3.4.2. Pembuatan Naungan Pembibitan
Naungan
dibuat memanjang Utara – Selatan , sebelah Barat ketinggian 2 meter dan sebelah
Timur 2 meter, ujung-ujung naungan sebelah Barat dan Timur dilebihkan ± 100 cm
menjorok keluar, Kerangka naungan terbuat dari kayu-kayu dengan atap naungan
dari daun salak.
3.4.3. Persiapan Benih
Benih terung jenis Hybrid F1 (Terung Bimbi) Cap
Bunga Matahari diambil dari toko pertanian dimuara bungo, benih yang diperoleh
berupa benih yang masih didalam kantong kemasan dan bersitifikasi.
3.4.4. Persemaian
Biji terung perlu disemai terlebih dahulu sebelum
penanaman. Proses penyemaian harus dilakukan secara steril pada media tanam.
Biji dikecambahkan pada bedengan selama
1 minggu. Selanjutnya bibit terung yang memiliki daun sempurna tersebut
dipindahkan ke polybag setelah sampai muncul 2 – 3 helai daun. Kemudian bibit
ditanam pada media sesungguhnya yakni polybag besar yang berukuran (15 x 35 cm). Benih diletakkan satu
persatu pada setiap lubang yang telah dibuat pada polibag besar dengan posisi
bibit tanaman terung tegak lurus keatas disekeliling bibit tanaman diberikan
gulma yang sudah di buang yang berfungsi sebagai kelembaban tanah didalam
polibag.
3.4.5.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim panas atau musim
kemarau, pilih bibit yang tumbuh subur dan normal dan tidak terjangkit serangan
hama dan penyakit dengan memindahkan bibit yang telah berumur 35 – 40 hari atau
bibit telah mempunyai 4 – 6 helai daun pada media tanam polybag kecil dan
dipindahkan ke polybag besar. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah
tanah padsolid merah kuning (PMK) dan pupuk kandang sapi. Pemindahan tanaman
dilakukan dengan cara menyobek polibag kecil sebelum dimasukkan kedalam polibag
besar.
3.4.6. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan pengairan atau penyiraman, penyulaman,
penyiangan gulma, pemasangan ajir, pembentukan percabangan, pemupukan, serta
pengedalian hama dan penyakit, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari
dengan cara menyiramkan air kedalam polybag dan tidak terlalu berlebihan,
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara mencabut setiap
gulma yang tumbuh didalam polybag maupun disekitar polybag. Pengendalian hama
dan penyakit mengunakan Pestisida Nabati, Jika tidak sangup dengan Pestisida
Nabati baru mengunkan Insektisida (Decis 2,5 EC).
3.4.7. Pemanenan
Pemanenan terung dilakukan pada saat buah terung
memasuki stasiun matang dengan ciri-ciri sebagian besar permukaan buah sudah
berwarna hitam mengilap dan pas waktunya untuk dipanen atau persentasenya 20 %,
kecuali pada panen terakhir semua buah yang kecil atau yang besar juga ikut
dipanen. Panen dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval panen 2 hari 1 kali.
3.5. Variabel Pengamatan
3.5.1.
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur setelah tanaman berumur 14 hari setelah tanaman dengan selang waktu
seminggu sekali sampai pada akhir masa pertumbuhan vegetatif, pengukuran
dilakukan dengan mengukur dari permukaan tanah atau leher akar sampai titik
tumbuh. Agar dasar pengukuran tidak berubah maka dibuat ajir dari permukaan
tanah.
3.5.2. Diameter
Batang (cm)
Pengukuran
diameter batang tanaman dimulai pada minggu ke-4 setelah tanam dengan selang
waktu 2 minggu sekali sampai dengan minggu ke-16. pengukuran dilakukan dengan
mengunakan potongan tali rapia. Pengukuran pada titik tetap yaitu pada
ketinggian 5 cm diatas leher akar atau setinggi ajir bambu.
3.5.3
Luas Daun Total (cm²)
Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun
yang akan di ukur luasnya adalah daun yang telah membuka sempurna, untuk
mendapat luas daun total digunakan rumus Francis Rutger dan Faliner (1969).
Rumus : LD = P x L x 0,75
ket :
LD : Lebar Daun (cm²)
P : Panjang Daun(cm)
L : Lebar Daun(cm)
3.5.4
Umur Mulai Berbunga (Hst)
Perhitungan umur mulai berbunga dilakukan dengan
cara menghitung jumlah hari sejak persemaian sampai muncul bunga pertama atau
pada setiap petak terdapat 50% tanaman sampel telah muncul bunga pertama.
Satuan yang digunakan adalah hari setelah semai.
3.5.5
Jumlah Buah Pertanaman (Buah)
Penghitungan jumlah buah pertanaman dilakukan pada saat panen, terung
bimbi Hybrid F1, yang tumbuh dan berkembang secara normal dan terpelihara
dengan baik akan menghasilkan jumlah buah sebanyak 4 - 6 buah pertanaman diluar putik.
3.5.6. Hasil Buah Pertanaman (g)
Berat buah terung petikan pertama dan terakhir
rata-rata 509,8 g maka produksi tanaman adalah 250 – 350 g per tanaman. Apabila
berat buah per tanaman 250 g maka pada areal tanah seluas 1 ha akan
menghasilkan buah terung sebanyak Produksi
30 - 40 Kg terong segar per hektar (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
3.6 Analisis Data
Untuk melihat pengaruh dari masing-masing
perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka data hasil pengamatan penelitian
terakhir diambil dan dihimpun, mengunakan atau dilakukan Analisis ragam
(Anova). Bila berpengaruh nyata atau F hitung > 5 % maka dilanjutkan dengan
uji DNMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1994).
DAFTAR PUSTAKA
Darmono dan Tri Panji.1999. Penyediaan Kompos
Kulit Buah Kakao Bebas Phytophthora palmivora. Warta Penelitian
Perkebunan.
Darmono
dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V(1).
Dwidjosaputro, 1990. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. Penerbit. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Erwiyono.1990. Pengaruh Penambahan Pasir Pada
Tanah Ultisol Terhadap Sifat Fisik Media Tanaman dan Pertumbuahan Bibit Kakao.
Menara Perkebunan. Yogyakarta.
Fitter,
A.H.1978. Balai Penelitian Perkebunan. Jember. Jawa Timur.
Harjadi,S.S.1984.
Pengantar Agronomi. Gramedia Jakarta.
Iswandi. 2000.
Metode Pembibitan Tanaman Kakao. PAU-IPB. Bogor.
Jamilah, Nasrul Usman dan Widodo Haryoko (2009)
Pengaruhg Takeran Pupuk Guano Terhadap Produksi Jagung. Jurnal Iptek Terapan
Kopertis Wilayah X ISSN 1979-9292.
Nyakpa, M.y, Am Lubis, M.A.
Pulung, Ghaffar Amrah, All Munawar, Go Ban Hon dan N. Hakim. 1988. Kesuburan
Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Prihmantoro, H.2001. Hidroponik Sayuran Semusim
untuk Bisnis dan Hoby.Jakarta. Penebbar Swadaya.
Prawiranata, W.S.Haran dan P.Tjondronegoro.1981.
Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan I Pep.Botani. Faferta IPB. Bogor.
Pracaya.1991.
Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.
Prahasta. 2009.
Agribisnis Terung. CV. Pustaka Grafika. Bandung.
Prihmantoro, H dan indriani. 2005. Hidroponik
Sayuran semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purbayanti, E. D, Dwi Retno Lukitowati dan
Rahayuning Trimulatsih, 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UGM-Press. Yogyakarta.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.1997. Pedoman
Teknis Budidaya Tanaman Kakao.Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.
Putranto, A. 1987.Bagaimana Cara Tanaman
Berkembang Biak. Wahana Mandiri.
Pusat Penelitian Terung dan Kakao. 2004. Panduan
Lengkap Budidaya Tanaman. Agromedia. Jakarta.
Sitomorang.1978.Budidaya
dan Pengolahan Cokelat. Balai Penelitian Perkebunan.
Jember.
Siregar. THS. 1992. Penampilan Beberapa Hibrida
Terpilih Tanaman Kakao. Proseding Konferensi Nasional Kakao III.
Soetasad dan Sri Muryani. 1999. Budi daya
terung local dan terung jepang. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Soedarsono.
1990. Pengaruh Umur Buah Kakao terhadap Daya Tumbuh Benih dan
Pertumbuhan Semaian yang Dihasilkan
di Kliwing. Pelita Perkebunan.
Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya
dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Steel R, G, D dan Torrie, J. H. 1994. Prinsip dan Prosedur
Statistik dan Pendekatan Bo Metrik.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sutanto dan Utami. 1995. Potensi Bahan Organik
Sebagai Komponen Teknologi Masukan Rendah Dalam Meningkatkan Produktivitas
Lahan Kritis.
Sujatmaka.
1988. Memilih Insektisida yang Tepat. Trubus.
Suepardi, G. 1983, Sifat
dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB.Bogor.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
Warintek. 2004. Coklat (Teobroma cacao L.)
http/www.warintek.com (diakses pada tanggal Januari 2010).
Zulfan. 1988. Studi Media Pembibitan
Coklat (Theobroma cacao L.) Laporan KaryaIlmiah, Jurusan Budidaya Pertanian,
Faperta IPB. Bogor.
0 komentar
Post a Comment