}
Selamat Datang di SYAMBAYU8 : Article For Everyone. Terimakasih Telah Mengunjungi Kami
SYAMBAYU8. Powered by Blogger.

------------------------------

My Archive

Konten

Total Tayang

Top News

Usaha Tani (17)

Konten

Powered By Blogger

Monday, November 4, 2013

Juduk Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN  KOMPOS  KULIT  BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL  TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG




SKRIPSI





Oleh

UBAIDILLAH
NPM : 081016154211166























PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2012



PENGARUH PEMBERIAN  KOMPOS  KULIT  BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL  TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG







SKRIPSI







Oleh

UBAIDILLAH
NPM : 081016154211166








Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian








PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2012




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO

            Kami dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :

UBAIDILLAH

Judul :   
Pengaruh Pemberian  Kompos  Kulit  Buah Kakao Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman  Terung (Solanum melongena L.) Di Polybag

  Diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana.

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I                                                              Dosen Pembimbing II




Ir. H. Syaiful Azhar, ME.                                                     Subagiono, SP
NIDN. 1015066402                                                                NIDN. 1015047001

TIM PENGUJI                                      NAMA                     TANDA TANGAN

Ketua                               ……………………………..          …………………………..

Sekretaris                         ……………………………..          …………………………..

Angota                             ……………………………..          …………………………..

Angota                             ……………………………..          …………………………..

Angota                             ……………………………..          …………………………..

Mengetahui :
Dekan                                                                                        Pembantu Dekan I


Dr. Ir. Supriyono, MP                                                             Subagiono, SP
NIDN. 1030066702                                                                   NIDN. 1015047001


Tanggal Lulus :                             2012




Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Dialah yang hidup kekal
Tiada tuhan selain Dia
Maka sembahlah Dia dengan mengiklaskan

Ibadah kepada-Nya…
( Qs. Al Mukmin 40 : Ayat 65 )

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan didunia
Tetapi ’amal - ’amal saleh yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya
Di sisi Tuhanmu serta sebaik-baiknya harapan…
( Qs. Alkahfi : 46 )

Sesunguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluuh kesah apabila ditimpa kesusahan dia mengeluh
Dan apabila dia mendapat kebaikan ( Harta ) dia kikir
Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat
Yaitu mereka tetap mengerjakan shalatnya…
( Qs. Al Ma’aarij 70 : Ayat 19 – 23 )

Hari ini…
Ucapan syukur akan kebesaran ALLAH SWT
Yang telah memberikanku kesempatan untuk menjalani dan merasakan semua ini

Sejenak harapan telah kugenggam
Segelintir kebahagiaan telah kuraih
Telah kuwujudkan cita-cita dan harapan keluargaku

Kupersembahkan karya kecilku kepada kedua orang tuaku
Ayahanda BURLIAN. S  dan Ibunda RUPI’AH Beliau guru pertama yang mengajarku untuk mencintai ilmu pengetahuan......
Sujud ta’zim-ku kan slalu tertuju pada beliau…
Kupersembahkan juga buat keluarga besarku di desa BABEKO
adik dan kakak Terima kasih atas Tunjuk ajar, Tegur sapa dan
Istri ku tercinta yang telah menyemangatkan ku untuk terus semangat serta
Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo
Terima kasih telah memberikan ilmu setulus hati
Uraian kuliah yang beliau berikan telah membuka cakrawala
Serta semua kawan-kawan di Universitas Muara Bungo khususnya angkatan 2007
Jadikan kisah sejati ini sebagai sejarah dalam hidup kita untuk dimasa depan




PENGARUH PEMBERIAN  KOMPOS  KULIT  BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL  TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG

Ubaidillah, dibawah bimbingan
Ir. H. Syaiful Azhar, ME dan Subagiono, SP
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Muara Bungo
Tahun 2012


ABSTRAK

            Penelitian ini dilakukan di kebun percontohan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo Km 06 arah Padang Kabupaten Bungo di mulai pada tanggal 07 Mei 2012 sampai 07 Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian  Dosis Kompos Kulit  Buah Kakao serta untuk mengetahui dosis yang terpat untuk Pertumbuhan Dan Hasil  Tanaman Terung (Solanum melongena L.)  di Polybag.
            Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, ada pun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: K0 (tanpa perakuan), K1 (375 g/polybag), K2 (750 g/polybag), K3 (1.125 g/polybag) dan K4 (1.500 g/polybag), Data diperoleh dari hasil pengamatan akhir dilakukan statistik dengan mengunakan sidik ragam. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Ducan’s New Multiple Range Test DNMRT pada taraf 5%.
            Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas Daun (cm2) umur mulai berbunga (hst), jumlah buah pertanaman (buah), hasil buah pertanaman (gram).
            Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dosis kompos kulit buah kakao berpengaruh terhadap, Tinggi tanaman, Diameter  batang dan Umur mulai berbunga tetapi tidak berbeda nyata terhadap Luas daun total, Jumlah buah dan hasil buah pertanaman. Pemberian dosis kompos kulit buah kakao pada perlakuan K4 terbaik terhadap tinggi tanaman, K1 terbaik terhadap umur mulai berbunga dan perlakuan K2 terbaik terhadap diameter batang.





Kata Kunci : Kompos Kulit Buah Kakao, Terung, Pertumbuhan dan Hasil.

  

I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Tanaman terung (Solanum melongena L.) berasal dari Indonesia dan India, pertama kali dibudidayakan oleh Asia, terutama suku India dan Birma pada tahun700 sm. Kapan tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusia belum ditemukan data pastinya. Beberapa petunjuk menyatakan bahwa tanaman terung banyak tumbuh di Cina.Dari daerah ini kemudian dibawa ke Spanyol dan disebarluaskan kenegara-negara lain di Eropa, Afrika, Amerika selatan, Malaysia dan Indonesia. Dikedua kawasan ini terdapat aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau tumbuh secara liar. Pusat keanekaragamannya yang kedua adalah Cina. Pada perkembangannya dibanyak Negara minsalnya daerah Karibia, Malaysia, Afrika Tenggara, Afrika Timur, Afrika Barat, Amerika Selatan, dan daerah tropika pada umumnya ( Siregar, 1992 ).

Terung merupakan jenis tanaman sayur-sayuran berbentuk buah yang mempunyai rasa enak untuk dikonsumsi, baik berupa buah segar maupun dalam bentuk lalap (sayuran segar) atau disayur rebus, gulai, sambal dan lain sebagainya. Tanaman terung banyak digemari karena selain rasanya enak dan harganya relatif murah, kandungan gizinya pun cukup lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, Posfor, dan zat besi. Terung mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan telah mampu menerobos pasaran ekspor. (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

Manfaat dan  Kegunaan Terung.  Anti kejang, anti kanker, dan pendepak gagguan pembuluh darah, Manfaat lain buah terung yang matang bisa untuk sirop, sup, adonan pengisi (perut ayam, dan sebagainya) dan untuk rujak. Buah yang dibelah dapat digunakan sebagai bumbu, serta dibakar atau dipanggang untuk digunakan sebagai sayuran. Buah yang matang di pohon yang dipelihara pada lingkungan yang cocok saja yang rasa dan aromanya enak. Buah yang dimatangkan sebaik-baiknya juga penting agar dihasilkan sirup, jell, selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. Bijinya yang keras itu dapat dibuang setelah digodok. Air kapur dan gula dapat ditambahkan agar rasanya lebih enak (Spilane, 1995).

Rata-rata produksi terung di Kabupaten Bungo pada tahun 2009 adalah sebesar 5,83 ton/ha (Dinas TPH Kabupaten Bungo, 2010). Untuk Provinsi Jambi menurut BPS Jambi (2008) adalah sebesar 7,46 ton/ha. Sedangkan rata-rata produksi terung unggul yang dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 50 – 60 ton/ha (Soetasad dan Sri Muryanti 1999).

Rendahnya produksi tersebut disebabkan belum mengunakan varietas unggul,  teknik budidaya yang belum sempurna, masalah tanah masam dan pengendalian hama  penyakit. Salah satu tehnik budidaya yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pemupukan. Pemupukan dapat mengunakan bahan an organik dan organik. Pemupukan yang berasal dari bahan an organik dapat menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan. Pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk menambah unsur hara tanah yang sedang digalakkan pada saat ini karena pupuk organik harganya murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Salah satu pupuk organik  yang dapat digunakan yaitu dengan megunakan kompos kulit buah kakao. (Wood, 1973 dalam Irwandi, 2000).

Sutanto dan Utami (1995) mengemukakan bahwa secara garis besar Pupuk Kompos Kulit Buah Kakao atau pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.

Keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Kompos adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami. Proses pengomposan memerlukan waktu yang panjang tergantung pada jenis biomassanya. Percepatan waktu pengomposan dapat ditempuh melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposisi.

Berdasarkan hasil penelitian Sutanto dan Utami (1995) salah satu limbah pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah dari perkebunan kakao yaitu kulit buah kakao. Mengemukakan bahwa limbah kulit buah kakao berpengaruh terhadap diameter batang, pertumbuhan  dan hasil tanaman terung.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian  Kompos Kulit  Buah Kakao Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil  Tanaman Terung ( Solanum melongena L. ) Di Polybag”


1.2  Rumusan Masalah

  Berdasarkan  uraian di atas maka dapat dirumuskan  permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung(Solanum melongena L) ?

2. Berapakah dosis optimum kompos kulit buah kakao yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung(Solanum melongena L)  ?


1.3.   Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung (Solanum melongena L). Sedangkan kegunaan penelitian ini agar dapat memberikan informasi yang berguna dalam usaha pengembangan budidaya tanaman terung khususnya pada fase pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

1.4.  Hipotesis
   Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikemukakan suatu hipotesis bahwa Pengunaan kompos kulit buah kakao dapat memberikan pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman terung lebih baik.
Dosis yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuahan dan hasil tanaman terung adalah 1.500 g / polybag dengan hasil yang terbaik terhadap tinggi  tanaman terung.


II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1        Botani Tanaman Terung

Menurut Prahasta (2009) Klasifikasi tanaman terung (Solanum melongena L). sebagai berikut.: Divisio Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Solanales,  Family Solanaceae, Genus Solanum, dan Spesies Solanum melongena L.

Tanaman terung (Solanum melongena L) adalah tanaman setahun berjenis perdu, pohon dengan percabangan rendah dan tingginya dapat mencapai 1 m dpt. Batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (primer) dan percabangan (sekunder). Dalam perkembangan batangnya batang sekunder ini akan mempunyai percabangan baru. Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluarkan bunga (Soetasad dan Sri Muryanti, 1999).

Tanaman terung mempunyai akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar serabut bisa mencapai diameter 30 cm kearah samping dan akar tunggang berdiameter 35 cm ke arah bawah. Tanaman terung yang diperbanyak dengan cara generatif pada awal pertumbuahnnya sudah mempunyai akar tunggang yang berukuran pendek dan disertai dengan akar serabut yang mengelilingi akar tunggang, banyak perkembangan akar dipengaruhi oleh faktor struktur tanah, air tanah dan drainase didalam tanah, pada akar tunggang akan tumbuh akar-akar serabut dan akar cabang (Siregar, 1992).

Bentuk daun terung terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5 – 8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang, dan urat-urat daun. Ibu tulang daun merupakan perpanjangan dari tangkai daun yang makin mengecil kearah pucuk daun. Lebar helaian daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 - 20 cm. Bagun daun berupa belah ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan sisi bertoreh (Soetasad dan Sri Muryati, 1999).

Bunga terung merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina (benang sari dan Putik), bunga seperti ini sering dinamakan bunga lengkap, perhiasan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota bunga, dan tangkai bunga. Pada saat bunga mekar diameter bunga rata-rata 2,5 – 3 cm. Letaknya mengantung. Mahkota bunga berjumlah 5 – 8 buah dan akan digugurkan sewaktu buah berkembang. Mahkota ini tersusun rapi yang membentuk bangun bintang. Benang sari berjumlah 5 – 6 buah. Putik berjumlah 2 buah yang terletak dalam satu lingkaran bunga yang letaknya menonjol di dasar bunga (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

 Menurut Soetasad dan Sri Muryanti (1999) buah terung berbentuk bulat panjang dengan kulit  yang berdaun lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna biru agak kecoklatan dan merupakan bunga yang sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Buah berbentuk panjang lonjong dan juga beragam bentuk dan warna.

Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak, berair dan tidak akan pecah jika buah telah masak. Daging buah ini merupakan bagian yang enak dimakan, biji terdapat bebas dalam selubung lunak yang terlindung oleh daging buah. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga yang telah menjelma menjadi kerangka bunga. Buah mengantung, tangkai buah berkembang dari tangkai bunga yang letaknya berada diantara tangkai daun. Buah terung bentuknya  beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi : panjang silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar, dan bulat (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

2.2        Syarat  Tumbuh

2.2.1  Iklim

Tanaman terung dapat tumbuh dan agar produksi hasil tanaman memuaskan yaitu meliputi Iklim cuaca tropis memungkinkan petani memproduksi sayuran sepanjang tahun. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman terung antara lain ketinggian tempat, intensitas cahaya, serta temperatur dan kelembaban. Tanaman terung dapat ditanam didataran rendah dan dataran tinggi. Kisaran ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman terung ini antara 1.000 – 1.200 m (dpl).  Suhu untuk tanaman terung untuk pertumbuhannya yaitu suhu pertumbuhannya  Suhu udara 22 - 30 ºC pada siang hari dan 9 - 12 ºC pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapat bertahan pada suhu  38 ºC. Di Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16 - 25 ºC.  (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

Pusat penelitian terung dan kakao Indonesia (2004) Curah hujan tahunan yang diinginkan oleh tanaman terung adalah 1250 mm sampai 2500 mm. Pada curah dibawah 1250 mm pertahun tanaman terung memerlukan irigasi karena banyak air yang hilang melalui transpirasi yang jauh lebih besar. Sebaliknya curah hujan yang besar dari 2500 mm pertahun menyebabkan timbulnya serangan jamur.

Prihmantoro dan Indriani (2000) Intensitas cahaya banyak ditentukan dalam menentukan kualitas buah terung. Dalam batas yang normal intensitas cahaya akan memberikan  pengaruh yang  baik terutama pada pembentukan warna buah yang diperlukan tanaman terung yakni 60 %. Terung bagus ditanam didaerah tropis  yakni dibawah  30˚C  (antara 15 – 25˚C)  ataupun dataran tinggi yang kelembabannya rendah dibawah 70 %. Dan Kelembaban udara untuk tanaman terung berkisar 80 %. Mendapatkan sinar matahari langsung yang cukup.

2.2.2        Tanah

Terung merupakan tanaman yang dapat ditanam diberbagai jenis tanah lempung agak berliat, lempung berpasir, tanah pasir yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, unsur hara dan mudah menyerap air. Tanah untuk tanaman terung dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah lempung berpasir. Derajat keasaman atau pH tanah yang cocok untuk tanaman terung adalah 5,0 – 6,0, kemiringan  lahan kurang  8 %, Tanah yang selalu  tergenang air menyebabkan tanaman  menjadi kerdil atau mati  (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

Untuk pertumbuhan tanaman  terutama tanaman terung unsur Nitrogen (N) sangat dibutuhkan pada pertumbuhan vegetatif, kekurangan unsur N akan mengakibatkan pertumbuhan kerdil, daunnya menguning dan produksinya menurun (Nyakpa, dkk 1988).

2.2.3  Pembibitan Tanaman

Tahap awal pembibitan biasanya biji atau benih terung dikecambahkan pada bedegan perkecambahan yang lebarnya 1 meter dan panjangnya sesuai dengan jumlah biji yang dikecambahkan. Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 10 -15 menit. Media tanam berupa tanah yang sudah dicampurkan dengan pupuk kandang dan dipastikan agar media tercampur sampai merata lalu disiram dengan air dan dibiarkan sesaat, Tutup benih tersebut dengan tanah tipis, Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang atau ilalang, Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya, Siram persemaian pagi dan sore hari, Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan, kemudian pindahkan satu persatu ke polybag yang berukuran 6 x 17 cm yang telah berisi media tanam. Bibit berumur 1 - 1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindah tanamkan ke polybag besar yang berkapasitas (15 x 35), benih diletakkan satu persatu pada setiap polybag percobaan, (Erwiyono, 1990).

2.2.4  Pemupukan Bibit Terung

Pupuk yang dimaksud disini adalah semua bahan senyawa yang mengandung unsur hara tanaman, mikro dan makro, padat ataupun cair, organik ataupun an organik, yang kalau diberikan pada kedalam tanah akan dapat menyumbang unsur hara dan perbaikan kesuburan tanah. Tindakkan penyampain pupuk ke dalam tanah ataupun bahagian pertumbuhan tanaman disebut dengan pemupukan (Pusat Penelitian Terung dan Kakao Indonesia, 2004).

Cepat lambatnya reaksi pupuk didalam tanah ditentukan oleh sifat pupuk yang digunakan, umumnya pupuk tunggal yang larut dalam air lebih cepat tersedia bagi tanaman. Begitu juga pupuk majemuk umumnya merupakan pupuk yang tersedia berlahan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal, pupuk yang berikatan senyawa sedikit lebih lambat tersedia dibandingkan dengan pupuk yang berikatan senyawa an organik (Warintek, 2004).

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan ditentukan oleh kandungan unsur  hara yang ada dalam tanah dan banyaknya unsur  hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, tanah yang kandungan unsur  hara tersedia lebih tinggi umumnya kurang respon terhadap pemupukan dan akan terjadi sebaliknya. Bila pemupukan dilakukan secara tepat maka unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk ini tidak hanya mengendalikan atau mendukung satu sama lain akan tetapi juga berkaitan dengan ekonomi maupun keefektipan pemupukan. Pada umunya tanaman memerlukan pupuk majemuk yang mengandunng unsur Nitrogen, Posfor, dan Kalium. Masing-masing unsur  hara mempunyai peranan yang khusus bagi tanaman (Soetasad dan Sri Muryanti, 1999).


2.3  Peranan Pupuk Organik

Pupuk Organik biasanya mengandung bahan-bahan organik yang bersifat alami tidak mengandung zat kimia yang bisa merusak lingkungan dan struktur serta tekstur tanah. Pupuk organik mengalami proses pelapukan atau penguraian secara alami maupun buatan.

Table 1. Jenis-jenis Pupuk Organik dan Persentase Hara yang Dikandung.


Jenis Pupuk Organik
% Kandungan Hara
Nitrogen
Posfor
Kalium
Sapi
0,8 - 1,2
0,44 – 0,88
0,4 – 0,8
Domba/Kambing
2,0 -3,0
0,88
2,1
Ayam
1,5 – 3,0
1,15 – 2,25
1,0 – 1,4
Kulit Buah Kakao
1,30
0,186
5,5
Sumber : Darmono dan Tripanji, 1999.


Pupuk organik banyak macamnya diantaranya adalah kotoran hewan ternak, namun demikian kotoran ayam mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kotoran hewan lainnya, terlihat pada tabel 1 diatas.

Kompos Kulit Buah Kakao mengandung  unsur  hara yang diserap oleh tanaman terung,  sehingga diharapkan dapat menyediakan unsur  yang dibutuhkan oleh bibit terung. Media tanaman yang biasa digunakan dalam pembibitan terung adalah campuran antara tanah dan pupuk kompos kulit buah kakao. Perbandingan campuran tanah dengan pupuk organik kompos kulit buah kakao sangat berbeda, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perbandingan dan campuran medium tumbuh antara satu tempat dengan tempat yang lainnya,   Lapisan atas dengan  pupuk kandang  dengan perbandingan 1 : 1.  (Zulfan (1988), dan Erwiyono (1990)).

Tabel 2. Analisis Kimia Kompos Kulit Buah Kakao 
Komponen
Kimia
BO%
H2O %
KCL%
C.Organik %
N.Total%
P2O5%
K2O%
CaO%
MgO%
S
%
N %


Kandungan
42,3
9,4
1
33,71
1,30
0,186
5,5
0,85
0,57
0,79
8,7


Sumber : Dianalisis di Laboratorium dan Penelitian UPP SDA Hayati Unpad, (2000).


Kultivar tanaman yang unggul dibutuhkan untuk memproduksi hasil terung yang baik. Benih Hybrid F1memiliki sifat-sifat yang unggul diantaranya yaitu : Produksi tinggi, Tahan terhadap Hama dan Penyakit, Prospek agronomis mudah, Pertumbuhan Generatif yang baik dan Periode tanaman untuk menghasilkan Cepat (Spillane, 1995).


III. METODA PENELITIAN

3.1.   Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Percontohan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo (UMB) Sungai Binjai Km. 06 Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo, dengan ketinggian tempat 80 - 100 M dpl. pH 5,5 Penelitian di dilaksanakan selama ± 5 bulan, yaitu dari tanggal 07 April sampai dengan 07 Agustus 2012.

3.2.   Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi Benih terung varietas Hybrid F1 (Terung Bimbi). Kompos Kulit Buah Kakao, Pupuk Kandang, dan Pestisida Nabati (Pseudomonas florecens).

Sedangkan Alat yang digunakan adalah Cangkul, Parang, Palu, Kayu, Seng, Tali rapia, Paku, Gergaji, Ember plastic, Hand sprayer, Meteran, Timbangan, Kertas label, Polybag ukuran (6 x 17) dan ukuran (15 x 35) serta Alat tulis.

3.3.   Rancangan Penelitian

Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 Perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan pemberian takaran kompos kulit buah kakao adalah sebagai berikut :
K0 = Kompos Kulit Buah Kakao 0 g / polybag.
K1 = Kompos Kulit Buah Kakao 375 g / polybag.
K2 = Kompos Kulit Buah Kakao 750 g  / polybag.
K3 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.125 g  / polybag.
K4 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.500 g / polybag.

Penelitian ini terdiri  5 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga didapat 20 unit percobaan. Jumlah tiap unit 3 tanaman sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 20 x 3 = 60 tanaman. Untuk setiap unit percobaan diambil 2 tanaman sampel sehingga diperoleh 2 x 20 = 40 tanaman sampel. Penempatan unit percobaan dilakukan secara acak seperti terlihat pada lampiran 1. Data hasil pengamatan priodik ditampilkan dalam bentuk grafik, sedangkan data pengamatan terakhir di analisa dengan uji DNMRT F, jika F hitung > dari pada F tabel pada taraf 5 %, dilanjutkan uji DNMRT pada taraf 5 %.

Karakteristik pertumbuhan tanaman meliputi Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Luas Daun Total, Umur Mulai Berbunga, Jumlah Buah Pertanaman, Hasil Buah Pertanaman.


3.4.   Pelaksanaan Penelitian

3.4.1.  Persiapan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dipilih yang datar dan tidak terlalu jauh dari naungan,  kemudian dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulma, sampah dan kotoran-kotoran lain. Setelah tanah nya dipadatkan, begitu juga disekitar 1,5 meter sekeliling tempat penelitian, Tanahnya diratakan agar posisi polybag tegak dengan baik dan bagus, Sekeliling tempat penelitian dibuat parit-parit drainase sedalam 10 cm, Lebar 50 cm, gunanya untuk mencegah masuknya air ke areal percobaan jika turun hujan. Kemudian polybag yang telah diisi media tanah disusun sesuai dengan denah penelitian pada Lampiran 1. Dengan jarak antar polybag 60 x 60 cm.


3.4.2.  Pembuatan Naungan Pembibitan

 Naungan dibuat memanjang Utara – Selatan , sebelah Barat ketinggian 2 meter dan sebelah Timur 2 meter, ujung-ujung naungan sebelah Barat dan Timur dilebihkan ± 100 cm menjorok keluar, Kerangka naungan terbuat dari kayu-kayu dengan atap naungan dari daun salak.

3.4.3.  Persiapan Benih

Benih terung jenis Hybrid F1 (Terung Bimbi) Cap Bunga Matahari diambil dari toko pertanian dimuara bungo, benih yang diperoleh berupa benih yang masih didalam kantong kemasan dan bersitifikasi.

3.4.4.  Persemaian


Biji terung perlu disemai terlebih dahulu sebelum penanaman. Proses penyemaian harus dilakukan secara steril pada media tanam. Biji dikecambahkan pada bedengan  selama 1 minggu. Selanjutnya bibit terung yang memiliki daun sempurna tersebut dipindahkan ke polybag setelah sampai muncul 2 – 3 helai daun. Kemudian bibit ditanam pada media sesungguhnya yakni polybag besar yang  berukuran (15 x 35 cm). Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang yang telah dibuat pada polibag besar dengan posisi bibit tanaman terung tegak lurus keatas disekeliling bibit tanaman diberikan gulma yang sudah di buang yang berfungsi sebagai kelembaban tanah didalam polibag.

3.4.5.  Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim panas atau musim kemarau, pilih bibit yang tumbuh subur dan normal dan tidak terjangkit serangan hama dan penyakit dengan memindahkan bibit yang telah berumur 35 – 40 hari atau bibit telah mempunyai 4 – 6 helai daun pada media tanam polybag kecil dan dipindahkan ke polybag besar. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah tanah padsolid merah kuning (PMK) dan pupuk kandang sapi. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara menyobek polibag kecil sebelum dimasukkan kedalam polibag besar.

3.4.6.  Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi kegiatan pengairan atau penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma, pemasangan ajir, pembentukan percabangan, pemupukan, serta pengedalian hama dan penyakit, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara menyiramkan air kedalam polybag dan tidak terlalu berlebihan, Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara mencabut setiap gulma yang tumbuh didalam polybag maupun disekitar polybag. Pengendalian hama dan penyakit mengunakan Pestisida Nabati, Jika tidak sangup dengan Pestisida Nabati baru mengunkan Insektisida (Decis 2,5 EC).

3.4.7.  Pemanenan

Pemanenan terung dilakukan pada saat buah terung memasuki stasiun matang dengan ciri-ciri sebagian besar permukaan buah sudah berwarna hitam mengilap dan pas waktunya untuk dipanen atau persentasenya 20 %, kecuali pada panen terakhir semua buah yang kecil atau yang besar juga ikut dipanen. Panen dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval panen 2 hari 1 kali.


3.5.       Variabel Pengamatan

3.5.1.    Tinggi Tanaman (cm)

             Tinggi tanaman diukur setelah tanaman berumur 14  hari setelah tanaman dengan selang waktu seminggu sekali sampai pada akhir masa pertumbuhan vegetatif, pengukuran dilakukan dengan mengukur dari permukaan tanah atau leher akar sampai titik tumbuh. Agar dasar pengukuran tidak berubah maka dibuat ajir dari permukaan tanah.


3.5.2.   Diameter Batang (cm)

 Pengukuran diameter batang tanaman dimulai pada minggu ke-4 setelah tanam dengan selang waktu 2 minggu sekali sampai dengan minggu ke-16. pengukuran dilakukan dengan mengunakan potongan tali rapia. Pengukuran pada titik tetap yaitu pada ketinggian 5 cm diatas leher akar atau setinggi ajir bambu.

3.5.3        Luas Daun Total (cm²)

   Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang akan di ukur luasnya adalah daun yang telah membuka sempurna, untuk mendapat luas daun total digunakan rumus Francis Rutger dan Faliner (1969).
Rumus : LD = P x L x 0,75
ket :
LD : Lebar Daun (cm²)
P : Panjang Daun(cm)
L : Lebar Daun(cm)

3.5.4        Umur Mulai Berbunga (Hst)

Perhitungan umur mulai berbunga dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari sejak  persemaian sampai muncul bunga pertama atau pada setiap petak terdapat 50% tanaman sampel telah muncul bunga pertama. Satuan yang digunakan adalah hari setelah semai.

3.5.5           Jumlah Buah Pertanaman (Buah)

   Penghitungan jumlah buah pertanaman dilakukan pada saat panen, terung bimbi Hybrid F1, yang tumbuh dan berkembang secara normal dan terpelihara dengan baik akan menghasilkan jumlah buah sebanyak 4 - 6 buah pertanaman diluar putik.


3.5.6.    Hasil Buah Pertanaman (g)

Berat buah terung petikan pertama dan terakhir rata-rata 509,8 g maka produksi tanaman adalah 250 – 350 g per tanaman. Apabila berat buah per tanaman 250 g maka pada areal tanah seluas 1 ha akan menghasilkan buah terung sebanyak Produksi  30 - 40 Kg terong segar per hektar (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).


3.6    Analisis Data

Untuk melihat pengaruh dari masing-masing perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka data hasil pengamatan penelitian terakhir diambil dan dihimpun, mengunakan atau dilakukan Analisis ragam (Anova). Bila berpengaruh nyata atau F hitung > 5 % maka dilanjutkan dengan uji DNMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada taraf  5 % (Steel dan Torrie, 1994).


DAFTAR PUSTAKA



Darmono dan Tri Panji.1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan.

Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V(1).

Dwidjosaputro, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Erwiyono.1990. Pengaruh Penambahan Pasir Pada Tanah Ultisol Terhadap Sifat Fisik Media Tanaman dan Pertumbuahan Bibit Kakao. Menara Perkebunan. Yogyakarta.
 
Fitter, A.H.1978. Balai Penelitian Perkebunan. Jember. Jawa Timur.

Harjadi,S.S.1984. Pengantar Agronomi. Gramedia Jakarta.

Iswandi. 2000. Metode Pembibitan Tanaman Kakao. PAU-IPB. Bogor.

Jamilah, Nasrul Usman dan Widodo Haryoko (2009) Pengaruhg Takeran Pupuk Guano Terhadap Produksi Jagung. Jurnal Iptek Terapan Kopertis Wilayah X ISSN 1979-9292.

Nyakpa, M.y, Am Lubis, M.A. Pulung, Ghaffar Amrah, All Munawar, Go Ban Hon dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.                 

Prihmantoro, H.2001. Hidroponik Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hoby.Jakarta. Penebbar Swadaya.

Prawiranata, W.S.Haran dan P.Tjondronegoro.1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan I Pep.Botani. Faferta IPB. Bogor.

Pracaya.1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.
Prahasta. 2009. Agribisnis Terung. CV. Pustaka Grafika. Bandung.

Prihmantoro, H dan indriani. 2005. Hidroponik Sayuran semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purbayanti, E. D, Dwi Retno Lukitowati dan Rahayuning Trimulatsih, 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UGM-Press. Yogyakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.1997. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao.Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.
Putranto, A. 1987.Bagaimana Cara Tanaman Berkembang Biak. Wahana Mandiri.

Pusat Penelitian Terung dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Tanaman. Agromedia. Jakarta.

Sitomorang.1978.Budidaya dan Pengolahan Cokelat. Balai Penelitian Perkebunan.
            Jember.

Siregar. THS. 1992. Penampilan Beberapa Hibrida Terpilih Tanaman Kakao. Proseding Konferensi Nasional Kakao III.

Soetasad dan Sri Muryani. 1999. Budi daya terung  local dan terung jepang. Jakarta. Penebar Swadaya.

Soedarsono. 1990. Pengaruh Umur Buah Kakao terhadap Daya Tumbuh Benih dan
            Pertumbuhan Semaian yang Dihasilkan di Kliwing. Pelita Perkebunan.

Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Steel R, G, D dan  Torrie, J. H. 1994. Prinsip dan Prosedur Statistik dan Pendekatan Bo Metrik.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sutanto dan Utami. 1995. Potensi Bahan Organik Sebagai Komponen Teknologi Masukan Rendah Dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Kritis.

Sujatmaka. 1988. Memilih Insektisida yang Tepat. Trubus.

Suepardi, G. 1983, Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB.Bogor.

Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta

Warintek. 2004. Coklat (Teobroma cacao L.) http/www.warintek.com (diakses pada tanggal Januari 2010).

Zulfan. 1988. Studi Media Pembibitan Coklat (Theobroma cacao L.) Laporan KaryaIlmiah, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 

0 komentar

Iklan

My Profil

My Photo
Bungo, Jambi, Indonesia