Tanaman cengkeh sudah
banyak di budidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya. Minyak cengkeh
mempunyai efek famakologi sebagai efek stimulant. anastetik local, karminatif,
antiemetic, antiseptic dan antipasmodik (Perry dan Metzger, 1990). Sejak zaman
Dinasti Han 220 – 206 SM cengkeh di gunakan sebagai rempah dan pengawi mulut
(Crofton, 1936).
Rosengarten (1969)
melaporkan bahwa sudah sejak lama pengobatan ayurvedic di india menggunakan
cengkeh dan kapulaga yang di kunyah dengan di bungkus daun sirih untuk
memperbaiki pencernaan. Selain itu, di laporkan pula bahwa di Eropa sejak abad
ke-14 campuran ekstrak cenkeh dan kapulaga telah di gunakan sebagai obat anti plaque
(karang gigi).
Di Portugal bunga
cengkeh yang masih hijau di ambil cairannya dan di pakai untuk obat jantung di
samping sebagai pewangi. Bahkan beberapa diversifikasi penggunaan, dokter
menyarankan penggunaan cengkeh untuk meningkatkan percernaan karena percaya bahwa cengkeh dapat memperkuat
kerja perut, hati dan jantung.
Pengobatan Tradisional
di Indonesia menggunakan cengkeh untuk sakit perut dengan cara mengunyah bunga
cengkeh tersebut dan untuk sakit mata dengan meneteskan air perendaman bunga
cengkeh. Di samping itu, cengkeh di gunakan sebagai pembangkit nafsu makan,
menyembukan kolik atau di berikan pada wanita yang baru melahirkan dalam bentuk
ramuan dengan bahan-bahan obat-obatan lainnya.
Penggunaan minyak
cengkeh dalam bentuk balsam sudah banyak di gunakan di Indonesia karena
sifatnya sebagai analgenik, balsam yang di hasilkan dapat di pakai untuk
mengurangi rasa sakit karena reumatik. Disamping itu minyak cengkeh dapat di
pakai sebagai bahan aktif atau pembuatan obat kumur karena sifatnya sebagai
anti bakteri.
0 komentar
Post a Comment