}
Selamat Datang di SYAMBAYU8 : Article For Everyone. Terimakasih Telah Mengunjungi Kami
SYAMBAYU8. Powered by Blogger.

------------------------------

My Archive

Konten

Total Tayang

Top News

Usaha Tani (17)

Konten

Powered By Blogger

Saturday, November 9, 2013

Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) III

Artikel lanjutan dari : Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) II

2.4.  Pemberian Pakan



Berdasarkan spesifikasi teknologi yang akan diterapkan yaitu semi intensif, maka penyediaan pakan meliputi pakan alami dan pakan tambahan. Penyediaan pakan alami dilakukan melalui pemupukan dengan pupuk organic (kotoran ayam/postal) dan pemberian probiotik (Star bioplus) serta pengelolaan kualitas air yang teratur dan kontinyu. Lingkungan budidaya yang dikelola dangan baik sangat dinamis dan mampu menyediakan pakan alami bagi udang dalam tambak, bagi fitoplankton maupun zooplankton.


Disamping pakan alami dan untuk meningkatkan produktivitasnya, udang Vanname membutuhkan pakan tambahan dengan sumber hara dalam melengkapi dan menyediakan semua gizi yang diperlukan udang.  Pakan tambahan ini merupakan pakan buatan yang telah diolah ke dalam bentuk fine crumble, coarse crumble, dan pellet.    Pakan  buatan  yang  akan  digunakan  adalah  pakan  (pellet)  komersial  "ECOBEST" yang diproduksi oleh PT. Grobest Indomakmur Jakarta.


Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maupun skala laboratorium, pakan udang komersial di Indonesia mengandung protein minimal 30%.  Dengan nilai kandungan protein pakan tersebut, sebenamya masih tergolong tinggi. Hal ini karena dengan pakan berkadar protein 20% saja, udang Vanname dapat hidup dan tumbuh secara optimal.  Adapun jenis, bentuk, dan ukuran pakan yang akan digunakan disesuaikan dengan berat rata-rata  (Average Body Weight - ABW) udang seperti yang tertera pada Tabel 1.


Tabel 1. Jenis, Bentuk, dan Ukuran Pakan berdasarkan ABW

Pakan
ABW Udang Vanname
(Gram/ekor)
Nomor
Jenis
Bentuk
Ukuran (mm)
Panjang
Diameter
01
PL. Feed
Fine Crumble
-
0,6 – 1,0
0 – 2
02
Starter
Coarse
-
1,0 – 2,0
2 – 4
03
Grower
Crumble
1,2 – 3,0
2,0 – 2,2
4 – 10
04
Finisher
Pellet
2,2 – 5,0
2,0 – 2,2
10 – 20
05
Finisher
Pellet
4,0 – 8,0
2,2 – 2,4
> 20



Pemberian pakan dilakukan 12 - 6 jam sekali dengan frekuensi 2 - 4 kali sehari yang dimulai pada hari pertama dengan dosis disesuaikan dengan ABW dan populasi udang selama pemeliharaan. Pada 1 bulan pertama, pemberian pakan akan dilakukan dengan dosis (Feeding Rate - FR) 10,0 - 7,75 % BB/hari. Setelah itu, jumlah pakan diturunkan menjadi 6 - 3 % BB/hari.


Program pemberian pakan tersebut bersifat fleksibel, dimana jumlah pakan dapat berubah-ubah tergantung pada tingkat nafsu makan udang.  Beberapa factor yang dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan udang adalah : (1) kondisi tanah dasar tambak ; (2) kualitas air ; dan (3) tingkat kesehatan udang.  Secara praktis, tingkat nafsu makan udang dapat diketahui dengan pengontrolan anco yang dilakukan setiap 1 dan 2 jam setelah pemberian pakan.


Pemberian pakan dengan jumlah yang berlebihan (over feeding) akan berdampak negatif terhadap kualitas air dan tanah dasar tambak yang akhirnya dapat menurunkan tingkat kesehatan udang. Menurunnya tingkat kesehatan udang akan mempermudah bagi pathogen untuk menyerang udang sehingga udang menjadi sakit dan bahkan dapat menyebabkan kematian massal.


2.5.  Sampling


Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat udang mencapai umur 40 hari pemeliharaan di tambak.  Sedangkan sampling berikutnya dilakukan 10 hari sekali dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah untuk mengetahui kepadatan (populasi) udang, laju pertumbuhan, dan sekaligus sebagai dasar dalam menetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh udang selama pemeliharaan.


2.6.  Pengelolaan Kualitas Air


Selama proses pemeliharaan dilakukan pengelolaan kualitas air untuk mencegah dan mengatasi adanya penurunan kualitas air. Jenis kegiatan yang akan dilakukan tergantung pada hasil monitoring.  Monitoring kualitas air dilakukan 3 kali setiap hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Adapun parameter kualitas air yang akan dimonitor meliputi salinitas, suhu, pH, kecerahan, warna air, kadar oksigen terlarut (DO) Jenis plankton, dan lain-lain.


Kegiatan pengelolaan kualitas air umumnya terdiri dari penambahan, pengurangan, dan pergantian air, pemberian input tertentu (saponin, pupuk, probiotik, dan sebagainya),  serta penampungan, pengendapan, dan treatment air pada petak penampungan/tandon.


2.7.  Pemberantasan Hama Penyakit


Hama yang biasa ditemukan di tambak udang Vanname terdiri dari 3 (tiga) golongan, yaitu: pemangsa (predator), penyaing (kompetitor), dan pengganggu. Beberapa kasus membuktikan bahwa penyakit pada vananame belum dapat ditanggulangi secara efektif sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan adalah preventif (pencegahan), seperti :


  • Manajemen kualitas. air secara teratur dan kontinyu;
  • Monitoring dan pengelolaan tanah dasar tambak secara intensif;
  • Ketepatan dalam pemberian pakan, baik jumlah, waktu,frekuensi jenis, ukuran, maupun kualitas pakan;
  • Kepadatan penebaran benur dibatasi berdasarkan spesifikasi teknologi yang diterapkan; dan
  • Mendeteksi adanya gejala serangan pathogen baik secara fisik (manual) maupun dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) di laboratorium secara teratur. 


2.8.  Pemanenan dan Penanganan Hasil


Pemanenan akan dilakukan setelah udang mencapai umur 120 hari pemeliharaan di tambak atau disesuaikan dengan laju pertumbuhan udang.  Apabila berat rata-rata (ABW) telah mencapai standart permintaan pasar (30 ekor/kg) maka panen dapat dilaksanakan walaupun masa pemeliharaan belum mencapai 120 hari.


Dan tebar 50.000 ekor/0,5 ha, diperoleh hasil panen 800 kg dengan size rata-rata 60 ekor/kg.  Survival Rate (SR) mencapai   96 % .Berdasarkan data TRUBUS no 411 tahun 2004/xxxv produktivitas vanname per ha mencapai 15 - 20 ton, SR 75 - 90 % dengan sistem budidaya intensif.


PUSTAKA :

Anonim, Pemeliharaan Udang Berwawasan Lingkungan, Dirjen Perikanan, Jakarta. 1998.

Kanna, Iskandar.   Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) Sistem Resirkulasi Semi Tertutup. BPBPLAPU, Karawang . 2004.

Murdjani, Muhammad. Hadapi White Spot Tebar Vannamei. Trubus 441. Jakarta. 2004.

Wyban, James A. dan Sweeney James N. Intensive Shrimp Production Tecnology, The Oceanic Institute Makapuu Point. Honolulu, Hawai, USA. 1991

0 komentar

Iklan

My Profil

My Photo
Bungo, Jambi, Indonesia