Artikel lanjutan dari : Budidaya Udang
Vanname (Litopenaeus vannamei) II
2.4. Pemberian Pakan
Berdasarkan spesifikasi teknologi yang akan
diterapkan yaitu semi intensif, maka
penyediaan pakan meliputi pakan alami dan pakan tambahan. Penyediaan pakan alami dilakukan melalui pemupukan
dengan pupuk organic (kotoran ayam/postal)
dan pemberian probiotik (Star bioplus)
serta pengelolaan kualitas air yang teratur dan kontinyu. Lingkungan budidaya
yang dikelola dangan baik sangat dinamis
dan mampu menyediakan pakan alami bagi udang dalam tambak, bagi
fitoplankton maupun zooplankton.
Disamping pakan alami dan untuk meningkatkan
produktivitasnya, udang Vanname membutuhkan
pakan tambahan dengan sumber hara dalam melengkapi dan menyediakan semua gizi yang diperlukan udang. Pakan tambahan ini merupakan pakan buatan yang telah diolah ke
dalam bentuk fine crumble, coarse crumble, dan pellet. Pakan buatan
yang akan digunakan
adalah pakan (pellet)
komersial "ECOBEST" yang diproduksi oleh
PT. Grobest Indomakmur Jakarta.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maupun
skala laboratorium, pakan udang
komersial di Indonesia
mengandung protein minimal 30%. Dengan
nilai kandungan protein pakan
tersebut, sebenamya masih tergolong tinggi. Hal ini karena dengan pakan berkadar protein 20% saja, udang Vanname dapat hidup
dan tumbuh secara optimal. Adapun jenis, bentuk, dan ukuran pakan yang
akan digunakan disesuaikan dengan
berat rata-rata (Average Body Weight - ABW) udang seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis, Bentuk, dan Ukuran Pakan
berdasarkan ABW
Pakan
|
ABW Udang Vanname
(Gram/ekor)
|
||||
Nomor
|
Jenis
|
Bentuk
|
Ukuran (mm)
|
||
Panjang
|
Diameter
|
||||
01
|
PL. Feed
|
Fine Crumble
|
-
|
0,6 – 1,0
|
0 – 2
|
02
|
Starter
|
Coarse
|
-
|
1,0 – 2,0
|
2 – 4
|
03
|
Grower
|
Crumble
|
1,2 – 3,0
|
2,0 – 2,2
|
4 – 10
|
04
|
Finisher
|
Pellet
|
2,2 – 5,0
|
2,0 – 2,2
|
10 – 20
|
05
|
Finisher
|
Pellet
|
4,0 – 8,0
|
2,2 – 2,4
|
> 20
|
Pemberian pakan dilakukan 12 - 6 jam sekali dengan
frekuensi 2 - 4 kali sehari yang dimulai pada hari pertama dengan dosis
disesuaikan dengan ABW dan populasi udang selama pemeliharaan. Pada 1 bulan
pertama, pemberian pakan akan dilakukan dengan dosis (Feeding Rate - FR) 10,0 - 7,75 % BB/hari. Setelah itu, jumlah pakan
diturunkan menjadi 6 - 3 % BB/hari.
Program pemberian pakan tersebut bersifat
fleksibel, dimana jumlah pakan dapat berubah-ubah tergantung pada tingkat nafsu
makan udang. Beberapa factor yang dapat
mempengaruhi tingkat nafsu makan udang adalah : (1) kondisi tanah dasar tambak ;
(2) kualitas air ; dan (3) tingkat kesehatan udang. Secara praktis, tingkat nafsu makan udang
dapat diketahui dengan pengontrolan anco yang dilakukan setiap 1 dan 2 jam setelah
pemberian pakan.
Pemberian pakan dengan jumlah yang berlebihan (over feeding) akan berdampak negatif
terhadap kualitas air dan tanah dasar tambak yang akhirnya dapat menurunkan
tingkat kesehatan udang. Menurunnya tingkat kesehatan udang akan mempermudah
bagi pathogen untuk menyerang udang sehingga udang menjadi sakit dan bahkan
dapat menyebabkan kematian massal.
2.5. Sampling
Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat
udang mencapai umur 40 hari
pemeliharaan di tambak. Sedangkan
sampling berikutnya dilakukan 10 hari sekali
dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah untuk mengetahui kepadatan (populasi) udang,
laju pertumbuhan, dan sekaligus sebagai dasar
dalam menetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh udang selama pemeliharaan.
2.6. Pengelolaan Kualitas Air
Selama proses pemeliharaan dilakukan pengelolaan
kualitas air untuk mencegah dan
mengatasi adanya penurunan kualitas air. Jenis kegiatan yang akan dilakukan tergantung pada hasil monitoring. Monitoring kualitas air dilakukan 3 kali
setiap hari, yaitu pagi, siang, dan
sore hari. Adapun parameter kualitas air yang akan dimonitor meliputi salinitas, suhu, pH, kecerahan, warna air,
kadar oksigen terlarut (DO) Jenis
plankton, dan lain-lain.
Kegiatan pengelolaan kualitas air umumnya terdiri
dari penambahan, pengurangan, dan
pergantian air, pemberian input tertentu (saponin, pupuk, probiotik, dan sebagainya), serta penampungan, pengendapan, dan treatment
air pada petak penampungan/tandon.
2.7. Pemberantasan Hama Penyakit
Hama yang biasa ditemukan di tambak udang Vanname
terdiri dari 3 (tiga) golongan, yaitu:
pemangsa (predator), penyaing (kompetitor), dan pengganggu. Beberapa kasus membuktikan bahwa penyakit pada
vananame belum dapat ditanggulangi secara
efektif sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan adalah preventif
(pencegahan), seperti :
- Manajemen
kualitas. air secara teratur dan kontinyu;
- Monitoring
dan pengelolaan tanah dasar tambak secara intensif;
- Ketepatan
dalam pemberian pakan, baik jumlah, waktu,frekuensi jenis, ukuran, maupun kualitas pakan;
- Kepadatan
penebaran benur dibatasi berdasarkan spesifikasi teknologi yang diterapkan; dan
- Mendeteksi adanya gejala serangan pathogen baik secara fisik (manual) maupun dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) di laboratorium secara teratur.
2.8. Pemanenan dan Penanganan Hasil
Pemanenan akan dilakukan setelah udang mencapai
umur 120 hari pemeliharaan di tambak
atau disesuaikan dengan laju pertumbuhan udang.
Apabila berat rata-rata (ABW)
telah mencapai standart permintaan pasar (30 ekor/kg) maka panen dapat dilaksanakan walaupun masa
pemeliharaan belum mencapai 120 hari.
Dan tebar 50.000 ekor/0,5 ha, diperoleh hasil panen
800 kg dengan size rata-rata 60 ekor/kg. Survival Rate (SR) mencapai 96 % .Berdasarkan data TRUBUS no 411 tahun
2004/xxxv produktivitas vanname per ha mencapai 15 - 20 ton, SR 75 - 90 % dengan sistem budidaya intensif.
PUSTAKA :
Anonim, Pemeliharaan Udang Berwawasan Lingkungan,
Dirjen Perikanan, Jakarta .
1998.
Kanna, Iskandar.
Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) Sistem
Resirkulasi Semi Tertutup. BPBPLAPU, Karawang . 2004.
Murdjani, Muhammad. Hadapi White Spot Tebar Vannamei.
Trubus 441. Jakarta .
2004.
Wyban, James A. dan Sweeney
James N. Intensive Shrimp Production Tecnology, The Oceanic Institute
Makapuu Point. Honolulu ,
Hawai , USA . 1991
0 komentar
Post a Comment